BE YOUR SELF

gali potensi diri, jujur, berani bertanggungjawab

Minggu, 28 Maret 2010

HIPOTESIS


HIPOTESIS

A. PENGERTIAN HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis merupakan langkah pertama sebelum mengadakan penelitian, ia dirumuskan terlebih dahulu sebagai pedoman dalam mengambil kesimpulan. Hipotesis (hypo = sebelum, thesis = pertanyaan /pendapat) merupakan suatu pertanyaan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya  atau jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya oleh karena itu hipotesis berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori. Jika hipotesis sudah diuji dan dibuktikan kebenaranya, maka hipotesis tersebut menjadi suatu teori. Jadi sebuah hipotesis diturunkan dari suatu teori yang sudah ada, kemudian diuji kebenarannya dan pada akhirnya memunculkan teori baru.

Sumber hipotesis:

            - Berasal dari teori: pemikiran deduktif

            - Berasal dari pengalaman peneliti, dan fakta dari lapangan:

               pemikiran induktif;

Hipotesis dapat disusun dengan dua pendekatan, yang pertama secara deduktif, dan yang kedua secara induktif. Penyusunan hipotesis secara deduktif ditarik dari teori. Suatu teori terdiri atas proposisi-proposisi sedangkan proposisi menunjukkan hubungan antara dua knsep. Proposisi ini merupakan postulat-postuat yang dari padanya disusun hipotesis. Penyusunan hipotesis secara deduktif bertolak pada pengamatan empiris.

Hipotesis juga dapat disusun secara induktif. Dari pengalama peneliti dan dari fakta di lapangan. Sehubungan dengan penyusunan hipotesis ini, Deobold B. Van Dallen mengemukakan postulat-postulat yang diturunkan dari dua jenis asumsi, yaitu postulat-postulat yang disusun berdasarkan asumsi alam, da postulat-postulat berdasarkan asumsi proses psikologis. Postulat-postulat yang bersumber dari kenyataan-kenyataan alam adalah:

1.      Postulat Jenis (Natural Kinds)

Ada kemiripan di antara obyek-obyek individual tertentu ang memungkinkan mereka untuk dikelompokkan ke dalam satu kelas tertentu. Ada kelompok orang berkulit putih, ada kelompok orang yang berkuli hitam, dan ada kelompok orang yang berkulit warna lain. Ada juga kelompok binatang melata, kelompok binatang berkaki empat, kelompok binatang berkaki duan, dn sebagainya. Dengan postulat ini kita dapat menyusun hipotesis terhadap obyek pengamatan tertentu, apakah ia termasuk dalam kelompok x atau y.

2.      Postulat Keajekan ( Constancy)

Di ala mini ada hal-hal yang menurut pengamatan kita selalu berulang dengan pola yang sama. Misalnya, pada waktu-waktu yang lalu kita menyaksikan bahwa matahari selalu terbit di sebelah timur dan terbenam di sebelah barat. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman ini kita mempunyai alas an untuk menuga bahwa besok matahari terbit di sebelah timur.

3.      Postulat Determinisme

Suatu kejadian tidak terjadi secara kebetulan, tetapi ada penyebabnya. Sebuah benda jatuh ke bawah kalau dilepaskan dari suatu ketinggian karena ia ditarik oleh gravitasi bumi. Gunung meletus bukanlah suatu kebetulan, tetapi merupakan akibat dari suatu proses geologis yang bekerja di dalam bumi. Demikian juga kecelakaan lalu lintas di jalan raya tidak terjadi secara kebetulan.  Ada postulat sebab akibat yang menyatakan bahwa suatu peristiwa terjadi karena sesuatu atau beberapa sebab. Postulat ini dipakai untuk menyusun suatu hipotesis untuk menerangkan peristiwa tertentu.

 

B. KEGUNAAN HIPOTESIS

    1. Memberikan batasan jangkauan dan kerja penelitian
    2. Mensiagakan peneliti pada kondisi fakta dan antar fakta
    3. Sebagai alat sederhana dalam memfokuskan fakta
    4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta

    Menurut Ary Donald hipotesis memiliki fungsi sebagai berikut:

1.      Memberi penjelasan tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan           pengetahuan dalam suatu bidang

2.      Mengemukakan pertanyaan tentang hubungan dua konsep yang secar langsung dapat diuji dalam penelitian

3.      Memberi arah pada penelitian

4.      Memberi kerangka pada penyusunan kesimpulan penelitian.

     Supaya  fungsi-fungsi tersebut berjalan secara efektif, maka ada factor-faktor yang perlu   diperhatikan pada penyusunan hipotesis, yaitu:

1.      Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Kalimat itu bersifat positif dan tidak normatif.

2.      Variabel yang dinyatakan dalam hiptesis adalah variable yang operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur.

3.      Hipotesis menunjukkan hubungan tertentu di antara variable-variabel.

 

C. CIRI-CIRI HIPOTESIS

    1. Harus menyatakan hubungan
    2. Harus sesuai dengan fakta
    3. Harus berhubungan dengan ilmu, sesuai dan tumbuh dengan ilmu
    4. Harus dapat diuji, sederhana, dan bisa menerangkan fakta

D. KESUKARAN MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS

    1. Tidak ada kerangka teori, atau tidak ada pengetahuan tentang teori itu

2.  Kurang kemampuan menggunakan kerangka teori

3. Gagal berkenalan dengan teknik-2 penelitian, untuk dapat merangkaikan kata-2     dalam membuat hipotesis

E. CARA MERUMUSKAN HIPOTESIS

    1. Membuat kerangka teori lebih dahulu
    2. Mengeksplorasi hubungan-2 yang ada/terjadi dalam permasalahan

Cara merumuskan Hipotesis  ialah dengan tahapan sebagai berikut: rumuskan Hipotesis penelitian, Hipotesis operasional, dan Hipotesis statistik.

a.       Hipotesis operasional, ialah mendefinisikan Hipotesis secara operasional variable-variabel yang ada didalamnya agar dapat dioperasionalisasikan. Misalnya “gaya kepemimpinan” dioperasionalisasikan sebagai cara memberikan instruksi terhadap bawahan. Kinerja pegawai dioperasionalisasikan sebagai tinggi rendahnya pemasukan perusahaan.

b.      Hipotesis operasional, dijadikan menjadi dua, yaitu Hipotesis 0 yang bersifat netral dan Hipotesis 1 yang bersifat tidak netral Maka bunyi Hipotesisnya:

H0: Tidak ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi – rendahnya pemasukan perusahaan

H1: Ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi – rendahnya pemasukan perusahaan.

c.       Hipotesis statistik ialah Hipotesis operasional yang diterjemahkan kedalam bentuk angka-angka statistik sesuai dengan alat ukur yang dipilih oleh peneliti.

Hipotesis Statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. Benar atau salah suatu hipotesis tidak pernah diketahui dengan pasti, kecuali jika seluruh populasi diperiksa. hipotesis yang paling sering kita dengar adalah “menerima” dan “menolak”. Kalimat menolak dalam hipotesis dapat bermakna bahwa hipotesis yang diberikan adalah salah, sebaliknya kalimat menerima hanya semata-mata mengimplikasikan bahwa kita tidak mempercayai penolakan hipotesis tanpa ada bukti-bukti lebih lanjut.

Oleh karena itu beberapa statistikawan maupun peneliti memilih menggunakan kata-kata “belum dapat diterima”, “tidak lebih baik daripada”, “tidak ada perbedaan antara”, dan lain-lain daripada harus menggunakan kata “menerima” atau “menolak”. Baru setelah ia melakukan pengujian, hipotesis tersebut akan ditolak. Hipotesis yang dirumuskan dengan harapan akan ditolak membawa penggunaan istilah hipotesis nol yang dilambangkan dengan H0, Penolakan H0 akan mengakibatkan penerimaan suatu hipotesis alternatif yang biasa dinyatakan dengan H1. Hipotesis nol (H0) harus menyatakan sebuah nilai atau pernyataan pasti, sedangkan hipotesis alternatif (H1/Ha) menyatakan sebaliknya. Dalam contoh ini asumsi kenaikan pemasukan sebesar 30%, maka Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut:

H0: P = 0,3

H1: P m0,3

 

F. PERTIMBANGAN DALAM  MERUMUSKAN HIPOPTESIS

1.      Harus mengekpresikan hubungan antara dua variabel atau lebih, maksudnya dalam merumuskan hipotesis seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variable yang akan dikaji.

 

  1. Kedua variable tersebut adalah variable bebas dan variable tergantung. Jika variabel lebih dari dua, maka biasanya satu variable tergantung dua variabel bebas.
  2. Harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesis dirumuskan secara umum, maka hipotesis tersebut tidak dapat diuji secara empiris.
  3. Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris.
  4. Sebaiknya Hipotesis jangan mencerminkan unsur-unsur moral, nilai-nilai atau sikap.

 

G. JENIS-JENIS HIPOTESIS

1.      Hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan-kesamaan dalam dunia empiris: Hipotesis jenis ini berkaitan dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat umum yang kebenarannya diakui oleh orang banyak pada umumnya, misalnya “orang jawa halus budinya dan sikapnya lemah lembut”, “jika ada bunyi hewan tenggeret maka musim kemarau mulai tiba, “ jika hujan kota Jakarta Banjir”.  Kebenaran-kebenaran umum seperti di atas yang sudah diketahui oleh orang banyak pada umumnya,  jika diuji secara ilmiah belum tentu benar.

 

  1. Hipotesis yang berkenaan dengan model ideal: pada kenyataannya dunia ini sangat kompleks, maka untuk mempelajari kekomplesitasan dunia tersebut kita memerlukan bantuan filsafat, metode, tipe-tipe yang ada. Pengetahuan mengenai otoriterisme akan membantu kita memahami, misalnya dalam dunia kepemimpinan, hubungan ayah dalam mendidik anaknya. Pengetahuan mengenai ide nativisme akan membantu kita memahami munculnya seorang pemimpin.
  2. Hipotesis yang digunakan untuk mencari hubungan antar variable: hipotesis ini merumuskan hubungan antar dua atau lebih variable-variabel yang diteliti. Dalam menyusun hipotesisnya, peneliti harus dapat mengetahui variabel mana yang mempengaruhi variable lainnya sehingga variable tersebut berubah.

H. BENTUK HIPOTESIS

  1. Hipotesis penelitian / kerja: Hipotesis penelitian merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Dalam Hipotesis ini peneliti mengaggap benar Hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian Hipotesis dengan mempergunakan data yang diperolehnya selama melakukan penelitian. Misalnya: Ada hubungan antara krisis ekonomi dengan jumlah orang stress
  1. Hipotesis operasional: Hipotesis operasional merupakan Hipotesis yang bersifat obyektif. Artinya peneliti merumuskan Hipotesis tidak semata-mata berdasarkan anggapan dasarnya, tetapi  juga berdasarkan obyektifitasnya, bahwa Hipotesis penelitian yang dibuat belum tentu benar setelah diuji dengan menggunakan data yang ada. Untuk itu peneliti memerlukan Hipotesis pembanding yang bersifat obyektif dan netral atau secara teknis disebut Hipotesis nol (H0). H0 digunakan untuk memberikan keseimbangan pada Hipotesis penelitian karena peneliti meyakini dalam pengujian nanti benar atau salahnya Hipotesis penelitian tergantung dari bukti-bukti yang diperolehnya selama melakukan penelitian. Contoh: H0: Tidak ada hubungan antara krisis ekonomi dengan jumlah orang stres.
  1. Hipotesis statistik: Hipotesis statistik merupakan jenis Hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk notasi statistik. Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan pengamatan peneliti terhadap populasi dalam bentuk angka-angka (kuantitatif). Misalnya: H0: r = 0; atau H0: p = 0

 

I.                    UJI HIPOTESIS

Hipotesis yang sudah dirumuskan kemudian harus diuji. Pengujian ini akan membuktikan H0 atau H1 yang akan diterima. Jika H1 diterima maka H0 ditolak, artinya ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi – rendahnya pemasukan perusahaan. Pembuktian hipotesis dilakukan dengan mengumpulkan data yang relevan dengan variable-variabel yang bersngkutan. Proses pengujian hipotesis itu dapat disamakan dengan pengadilan suatu perkara pidana. Disana ada jaksa sebagai penuntut umum yang membawa terdakwa ke depan hakim dengan bukti-bukti berupa data yang telah dikumulkannya. Data tersebut dikumpulkan dengan bertitik tolak pada hipotesis bahwa orang yang bersangkutan bersalah. Hipoteis jaksa inilah yang mirip dengan hipotesis yang disusun oleh peneliti, tetapi data tersebut harus diuji oleh hakim. Untuk itu hakim harus bertolak dari sikap praduga tak bersalah. Artinya, hakim tidak memihak pada jaksa atau pun terdakwa,. Sikap seperti inilah yang dimaksud dengan hipotesis nol pada penelitian ilmiah.

Hipotesis seperti ini kita temukan pula pada hubungan antara dua bilangan, misalnya a dan b. Hubungan itu bisa a > b, atau a < b, atau a = b. Kalau hipotesis menyatakan bahwa a > b, maka hipotesis nol adalah negasinya, dan pernyataan yang mengatakan a > b ( a lebih besar daripada b ) adalah tidak benar. Ini berarti a < b atau a = b. Kalau hipotesisnya berbunyi a lebih besar atau sama dengan b, maka hipotesis nolnya adalah a < b. Dengan demikian jika a < b itu tidak benar, maka alernatifnya adalan hipoteis peneliti harus diterima.

Dengan demikian kita mempunyai dua macam hipotesis operasional yang diharapkan oleh peneliti dan hipotesis nol. Hipotesis operasional disebut juga hipotesis alternative dari hipotesis nol. Dalam proses pengujian hipotesis, yang akan diuji adalah hipotesis nol. Kalau hipotesis nol itu diterima, maka hipotesis alternative harus diterima, mak hipotesis alternative harus ditolak. Sebaliknya, jika hipotesis nol itu ditolak, maka hipotesis alternative harus diterima. Hipotesis nol diberi notasi Ho dan hipotesis alternative diberi notasi H1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber:

Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statistika (Edisi ke-3). Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar