BE YOUR SELF

gali potensi diri, jujur, berani bertanggungjawab

Selasa, 31 Agustus 2010

ppk





t'din



Hellow, rekan2 PPK q masih semangat?t'din afwan baru dipasang foto y
met lyt2 dech klw mw copy juga boleh

ramadhan


Jauh sebelum datanganmu,
berulang ku ucapkan,
“Allahumma baariklana
fi Rajaba wa Sya’ban
wa ballighna Ramadhan”

Jauh sebelum datanganmu,
telah ku persembahkan penyambutan istimewa,
yang akan dengan lantang dan hati bergetar ku ucapkan,
“Marhaban ya Ramadhan…”

Menanti.. ku terus menanti..
Berharap Ramadhan ini milikku.
Sampai letih ku persiapkan diri,
sampai jenuh ku merindukanmu.

Ramadhan..
Indah nian ku bayangkan..

Namun lihatlah yang ku persembahkan
untuk menyambutmu.
Lihatlah yang ku lakukan
setelah kedatanganmu.

Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku,
terlalu sering mengacuhkanmu,
terlalu malas mencari pahala yang kau fasilitasi,
terlalu lemah utk mengejar surga sebagai berkah kedatanganmu.

Ramadhan ku melupakanmu,
Ramadhan ku menghianatimu…

Oh.. Ramadhan..
Benarkah Ramadhan ini milikku?
http://anaselalusemangat.blogdetik.com/

Anes berjalan cepat-cepat menyusuri gang kecil di pagi buta. Dengan membawa dua keranjang kecil berisi sayur dan rempah-rempah untuk dijualnya di pasar. Arloji di tangannya memang masih menunjukkan pukul 05.30 WIB, tapi dengan perjalanan 30 menit ke pasar dan 30 menit lagi ke sekolah bisa membuatnya kesiangan, belum lagi waktu untuk bantu-bantu ibunya beres-beres barang dagangan. Dia terus berjalan tergesa dengan sekali-kali membetulkan posisi keranjangnya.

Pasar mulai ramai, Anes menghamparkan sebuah karpet lebar di atas meja kayu sebuah kios. Kios sayur milik ayahnya. Setalah selesai membereskan barang dagangan, ia segera beranjak pergi ke sekolah.

Untunglah gerbang sekolah masih terbuka lebar, jadi ia tidak perlu berdesak-desakan untuk melalui gerbang itu.

* * *

“Ulangan?! Aa……argh…!” teriak teman-teman sekelas Anes, ketika dirinya hendak memasuki kelasnya.

Anes memasuki kelas. “Ada apa sih?” Tanya Anes keheranan.

Seluruh siswa dari tiap penjuru kelas terdiam. Mata-matanya menatap tajam kepada Anes. Rupanya suara Anes yang begitu lembut dan pelan itu cukup terdengar jelas di telinga mereka.

Anes terdiam tegang. Wah, firasat buruk nih. Pikirnya. Anes meletakkan tas di atas mejanya dan duduk tersipu.

“Ssst…. Anes!” Bisik teman sebangkunya dengan mencubit pinggang Anes.

“Aw…! Ada apa sih?”

“Pokoknya, gue dan temen-temen nggak mau tahu, kali ini lo harus ngasih contekan !”.

“Contekan? Contekan apa ? Emang yang diributin temen-temen apa sih ? Aku nggak ngerti.”

Teman sebangku Anes yang diketahui bernama Yuli itu mendesah panjang. “Lo tahu kan Pak Joko yang killer itu, dia ngasih ulangan Ekonomi tiba-tiba. Nah …. Lo kan pernah ikut Olimpiade Ekonomi tuh waktu kelas sebelas, pokoknya lo harus bantu kita-kita!”

“Ekonomi ? Ya ampun … aku juga belum belajar ! kok tiba-tiba gini sih?” keluh Anes.

“Alah…. Udah deh jangan ngelak ! pokoknya kalo lo nggak ngasih contekan, lo tahu sendiri akibatnya !” Ancam Yuli seraya menyibakkan jilbab lebar Anes.

Uhf…. Anes mendesah. Ia rapikan jilbabnya kembali. Ya Allah…. sampai kapan aku terus bertahan dengan kecaman seperti ini ? Keluh Anes dalam hati. Dia ingat sesuatu yang pernah menimpanya. Waktu itu dia sedang dalam perjalanan pulang setelah ke pasar menemui ibunya. Tiba-tiba ada yang memanggilnya dibalik salah satu bangunan tua.

“Anes…..!” teriak orang itu seraya melambaikan tangannya.

“Yuli ?” sahutnya seraya mendekati orang itu.

“Sini ! Ada yang pengen ketemu sama lo !” bentak Yuli ketus.

Anes menurut saja, meski dihatinya ada firasat butuk. Tapi ia yakin kalau Allah pasti melindunginya.

Di belakang gedung itu, ternyata sudah ada teman-teman sekelasnya dan beberapa orang alumni sekolahnya salah seorang alumni perempuan menyambutnya dengan tangan berkacak pinggang. “Lo yang namanya Anes ?” Tanyanya sinis.

“Iya Kak, ada apa ?” Jawab Anes polos.

“Katanya lo pinter Ekonomi, ya ?”

“Ah, nggak Kak. Saya belum benar-benar memahami ilmu Ekonomi”. Jawab Anes datar.

“Anes, “ Tegur si alumni tegas.

“Ya Kak?”

“Lo tahu, kakak yang lagi duduk di motor itu, dulu paling sering dapet kasus di sekolah. Tapi sekarang, dia udah jadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri favorit !”

Orang yang dimaksud meninggikan kerah bajunya dengan bangganya.

“Lo tahu kenapa ?” Lanjut kakak alumni tadi. “Karena kita kompak, karena kita saling membantu. Di kelas dua belas, tidak ada lagi persaingan. Kita semua keluarga. Tujuan kita sama, supaya semua LULUS !” sengaja ia tekan kata lulus tersebut. “Kita masuk sekolah bareng-bareng, makanya keluar juga harus bareng-bareng !” Lanjutnya.

“Iya Nes, lo jangan egois ! Lo jangan mau lulus sendiri aja, kita-kita juga pengen lulus. Lo harus bagi-bagi jawaban pas UN nanti !” sahut Yuli.

“Iya Nes, jangan egois lo !” Teman-teman yang lain saling bersahutan.

Anes hanya terdiam. Perasaannya membuncah. Ada konflik antara hati dan prinsipnya. Rasa ibanya muncul mendengar kata-kata alumni tadi, tapi prinsipnya menolak. Sebagai seorang muslimah, tentu dia harus menjaga dan mempertahankan aqidahnya. Tentu saja Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya menolak perbuatan yang seperti itu.

“Hei !” Tegur kakak alumni dengan menepuk bahu kiri Anes.

Anes tersentak.

“Sekarang lo ngerti kan ? jadi gue harap lo kooperatif aja kalau tidak mau celaka !” ancam alumi. “Lo pernah denger kan, tentang anak sok pinter yang akhirnya nggak lulus UN ? Nasib lo akan seperti itu kalo lo berani bertingkah ! makanya, gue harap kerjasama lo, Ok ?!” kalimat itu ditutup dengan senyum yang dari awal tidak pernah dilihat Anes.

* * *

Kegaduhan kelas redam ketika Pak Joko datang dengan membawa soal-soal Ekonomi. Raut wajahnya yang menyiratkan kearifan, membuat murid-murid segan untuk melakukan kegaduhan, meski Pak Joko tidak mengomandoi untuk tenang.

Setelah membagikan soal-soal, Pak Joko memberi petunjuk cara pengerjaan, kemudian beliau menghampiri Anes. “Anes, setelah jam pelajaran Bapak selesai, kamu ke ruangan Bapak ya, ada yang perlu Bapak omongin.” Kata Pak Joko dengan logat jawanya.

“Baik Pak, Insya Allah” sahut Anes penuh hormat.

Setelah beberapa menit siswa mengerjakan soal, tiba-tiba Pak Jok keluar dari ruang kelas. Wah …. ini saatnya perjuangan besar dilakukan. Ya Robb…. Tuntunlah hamba – Mu. Harap Anes dalam hati.

Tak lama kemudian, memang benar suasana kelas menjadi gaduh. Siswa saling berlemparan kertas. Dan kebanyakan kertas-kertas itu mendarat di atas mejanya. Ya Allah…. jagalah aqidahku….!

Bukan hanya itu, dari belakang tempat duduknya ada yang mendorong-dorong dan menjungkit-jungkitkan kursinya, sangat keras. Hampir-hampir tubuh Anes terpental dari kursi. Namun Anes tetap pada posisinya, pura-pura tidak merasakan guncangan dahsyat yang menerpanya. Di samping kirinya, Yuli dengan tampang marah menggugah bahu Anes yang tetap menghadap ke depan. Anes tidak memperdulikan. Ya Allah … tolong aku …..!!! jerit hatinya.

Ingin rasanya dia menjerit, “Hentikan….!” Namun dia hanya bisa menunduk diam karena jika ia berontak, maka hancurlah ia dipojokkan satu warga kelas. Itu juga kalau mereka tidak “ngoceh” dan ngadu sama alumni, tapi kalau itu terjadi bisa-bisa ia dimusuhi teman satu sekolah juga para alumni yang turut mendukung agresi mereka.

Entah sejak kapan deviant culture ini dimulai, tiba-tiba Anes dipilih untuk masuk tim yang disebut tim SMU atau singkatan dari “Sukses Menjelang Ujian”. Dengan menjadi sumber pelajaran Ekonomi. Sumber disini dalam arti sumber pemberi jawaban. Na’udzubillah….. Konon hal seperti ini memang sudah terjadi setiap tahun. Kejadian ini sudah merupakan culture menjelang Ujian Nasional. Tim ini sangat memaksa, mencari siswa-siswi yang unggul dalam mata pelajaran tertentu untuk dijadikan sumber. Kalau yang bersangkutan menolak ? maka dia akan dikucilkan dan diganggu secara psikis sehingga convidents-nya berkurang dan kosentrasinya terkoyok. Astargfirullah…..

Orang-orang seperti Anes-lah yang kadang merasa bimbang dengan kondisi seperti ini. Antara nurani dan idealisme. Kadang Anes juga berpikir, ah untuk apa hanya menuruti kata hati dengan alasan kemanusiaan, tapi toh itu suatu bentuk penyimpangan kemanusiaan. Jadi mana yang bisa disebut kemanusiaan kalau yang dilakukan adalah suatu bentuk penyimpangan ?! Lagipula, kalau toh Anes menolak tawaran mereka, paling lama dimusuhi sampai lulus UN, setelah semua sukses masuk perguruan tinggi, suasananya akan tenang kembali. Tapi kalau mengikuti mereka, Anes akan dibenci Allah. dan urusannya tidak akan berhenti sampai dunia, melainkan akhirat.

Ya, tentu Anes sangat tidak setuju dngan adanya tim SMU itu, karena tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Lalu bagaimana dengan para guru ? Mereka hanya bisa tutup mata dan telinga menanggapi hal itu. Karena guru-guru dan kepala sekolah pun mempertimbangkan masalah akreditasi sekolah. Kalau nilai kelulusan bagus maka akreditasi semakin bagus. Ya Allah…. dimana Al-Qur’an – Mu ? Na’udzubillah, sangat jauh nilai Al-Qur’an – Mu di hati umat Rasul – Mu di zaman ini.

* * *

“Ya Allah ….., tolong aku !”

Mata Anes terpejam penuh harap ketika mengucapkan kalimat itu dalam hati. Ya….hanya dalam hati.

Dan ternyata, beruntunglah Anes karena Pak Joko datang memasuki kelas. Suasana kelas pun tenang kembali. Kesempatan ini digunakan Anes untuk mengerjakan soal-soal itu dengan cepat. Ya, sangat cepat ia mengerjakannya , tidak sampai lima menit. Anes mengumpulkan lembar jawabannya di atas meja Pak Joko.

“Sudah selesai, Anes ?” tegur Pak Joko.

“Iya, Pak.” Jawab Anes dengan sangat sopan.

“Anes, ikut Bapak ke ruang komite sekolah. Kamu urus sendiri Beasiswa mu dengan penanggung jawab keuangan sekolah, ya.”

“Baik, Pak.”

Anes pun pergi mengikuti langkah Pak Joko menuju ruang komite sekolah. Sementara ruang kelas mulai gaduh. Dan di atas meja guru di ruang kelas Anes, ah… kertas ulangan Anes, tertinggal disana.

* * *

“Kenapa lo tadi nggak ngasih jawaban ke kita-kita ?!” bentak Yuli memojokkan Anes ditembok belakang sekolah. Sudah berkumpul disana beberapa anggota tim SMU lengkap dengan sang ketua tim tersebut, Arya. Yang dikenal Anes sebagai pacar Yuli.

Anes tertunduk lemah,” kan ini bukan ujian, Yull,”

“Hea….?! Bukan ujian ? Tapi ini latihan untuk melaksakan aksi kita di ujian nanti !” Yuli membentak lebih keras dengan aura kemarahan.

“Udah lah Yul, toh kita udah kasih pelajaran buat dia.” Arya menghentikan aksi pacarnya. Yuli tersenyum sinis menatap Anes. Arya memberi isyarat untuk pergi. Semua pun pergi dari tempat itu meninggalkan Anes, termasuk Yuli. Baru beberapa langkah, Arya berhenti dan membalikkan badannya, menatap Anes lekat-lekat.

“Gue tunggu janji lo di ujian nanti ! orang ngerti agama kayak lo masa nggak nepatin janji ?! Gue harap sih lo kooperatif, kalo lo nggak mau celaka !” Arya mengatakan dengan nada datar. Diakhiri dengan senyum simpul andalannya. Senyum simpul yang menusul-nusuk hati Anes yang lembut.

* * *

Anes sedang menata dagangannya di atas meja kayu. Tak terasa, ujian tinggal beberapa hari lagi. Anes tidak buru-buru berangkat sekolah hari ini, karena dia datang lebih pagi. Ba’da shubuh ia langsung pergi ke pasar, supaya bisa lebih santai, pikirnya. Lagi pula, dia sudah ada janji hari ini dengan Fatma, teman se-organisasinya di Rohis untuk berangkat sekolah bersama.

Di sekolah, tepatnya di ruang kelas Anes, keributan memecah pagi yang damai. Anes masuk ke dalam kerumunan, mencari tahu perihal apa yang sedang diributkan. Oh ….. ternyata kertas hasil ulangan kemarin. Anes mengoyak-ngoyak tumpukan kertas itu, mencari kertas ulangan miliknya. Ah, hasil ulangan teman-temannya bagus-bagus, bohong sekali kalau mereka hanya mengandalkan Anes untuk ujian nanti.

Anes terus mengoyak tumpukan kertas ulangan itu, namun tak juga ditemukan kertas ulangan miliknya. Di kolong-kolong meja dan kursi pun tak ia temukan. Sampai matanya menangkap kerumunan di dekat tembok, tepatnya di mading kelas. Yuli menempelkan sebuah kertas, kertas ulangan. Penasaran, ia mendekati kerumunan itu. Yuli tersenyum sinis padanya. Tak dihiraukan. Konsentrasinya hanya tertuju pada selembar kertas yang tertempel di mading itu.

Anes mengamati tulisan pada kertas itu, sepeti tulisannya.tapi banyak coretan-coretan disana, ah…. bukan, itu bukan miliknya. Kertas ulangannya tidak memiliki banyak coretan seperti itu. Ia tidak memperdulikan kertas ulangan itu. Hampir-hampir ia mengabaikannya, sampai akhirnya melihat sepintas sebuah kata-kata ejekan disamping nilai merah pada kertas itu.

“ GANJARAN BUAT ANES !!!”

Begitu gurat tulisan itu tertulis dengan huruf kapital dalam font besar, membuat hati Anes serasa dicabik-cabik. Emosinya membuncah, mendobrak setiap relung-relung kesabaran yang selama ini ia jaga. Nafasnya sudah tersengal oleh kemarahan yang tertahan. Itu memang kertas ulangannya, dan ia hanya mendapat nilai lima untuk mata pelajaran Ekonomi yang disukainya. Oh….. Anes, emosinya tak tertahan.dia mencabut kertas yang tertempel itu, kemudian merobek-robek, dan menghamburkannya di lantai. Teman-temannya hanya melongo melihat kejadian itu.

“Astaghfirullahal’adzim….” Anes beristigfar penuh takzim, benar-benar mengharap ampunan – Nya.

Teman-teman sekelasnya terbahak melihat tingkah Anes. “Astaghfirullah….!” Seru mereka menirukan logat Anes dengan nada mencemo’oh.

Anes berlari meninggalkan ruang kelas, dengan membawa isak tangis. Tangis kesedihan juga tangis kebencian. Tidak memperdulikan ejekan teman-temannya.

Yuli menyeringai, “Orang ngerti agama kok nggak bisa nahan amarah !” ucapnya lantang, dengan nada kebencian. Diikuti bahakan teman-teman sekelas.

Anes tak peduli, dia hanya terus berlari entah mengikuti hatinya.

* * *

Di dalam Masjid, Fatma menatap Anes penuh iba. Orang yang berada di hadapannya hanya menunduk lemah.

“Kamu dikerjain ya sama mereka ?” Fatma membuka pembicaraan.

Anes tertegun, ia mengangkat kepalanya.

Fatma mengerti dengan gurat muka penuh tanya Anes. Fatma menjelaskan tanpa diminta, “Waktu kamu pegi ke ruang komite sama Pak Joko, kertas ulangan kamu kan tertinggal di kelas. Ya ….. kamu bisa ngebayangin kan, kertas ulangan tertinggal nggak ada yang jaga, nggak mungkin tetap berada di atas meja dengan utuh. Terlebih mereka sangat membenci kamu. Disamping itu, mereka juga butuh jawaban untuk mengerjakan soal ulangan.”

Anes keheranan, “Darimana kamu tahu, Fat ?”

Fatma terdiam sejenak, salah tingkah. Tiba-tiba mengalihkan pembicaraan, “Udahlah Nes, kamu kooperatif aja sama mereka. Aku nggak mau kamu celaka. Aku…..” kata-kata Fatma iba-tiba tersendat.

“Kamu ikut mereka, Fat ?” Sahut Anes tiba-tiba.

Fatma menunduk lemah, “Iya,” jawabnya lirih.

Ah…. Ya Allah…… jantung Anes seperti dicabik-cabik. Orang yang sangat dipercayainya, orang yang sangat terlihat ketaqwaannya, begitu saja menyetujui tawaran sepeti itu ? Apakah Anes yang salah ? Lalu dimana ayat Al-Qur’an yang membolehkan untuk contek-contekan saat ulangan ? Ah…. Anes tak mengerti.

“Fat, kamu tahu kan ….”

Fatma memotong pembicaraan Anes. “Iya…. Iya aku tahu, itu mudhorot. Nggak perlu ceramahin aku !” Fatma sewot.

“Afwan kalo aku salah”.

“Nes, gini ya, saya, temen-temen, dan semua pelajar di Indonesia, adalah korban penekanan pemerintah ! semua ini cuma untuk kepentingan pemerintah ! Kamu bayangin aja Nes, enam mata pelajaran di UN-kan, belum lagi nilai kelulusan yang semakin tinggi. Belum tentu semua pelajar bisa mencapai nilai di batas itu. Sekolah tiga tahun cuma ditentuin tiga hari ujian untuk bisa lulus. Gimana kalo dalam tiga hari itu pikiran kita lagi kacau ? uhf …. Ini semua cuma untuk kepentingan pemerintah, Nes ! Cuma buat nampang di mata dunia supaya dipuji negara-negara lain !”.

Anes menghela napas panjang. Diikuti Fatma.

“Nes, gimana kalo kita nggak lulus ?! Orang tua aku pasti bakal malu dan marah banget sama aku. Mereka pasti kecewa. Apa lagi Ayah, beliau udah berusaha mati-matian buat ngebiayain sekolah aku. Hk…..hk….” Fatma tersedu.

“Udahlah Fat, jangan mikir yang nggak-nggak. Kamu pasti lulus kok, kamu kan pinter !” hibur Anes. Ia sodorkan senyum termanisnya pada Fatma.

Fatma membalas senyum. “Kadang Indonesia tuh lucu ya Nes, Amerika aja nggak pernah ngelakuin pemaksaan misal seperti ini, tapi tetep mendapat gelar “Negara Adidaya’. Indonesia ? Justru dengan pemaksaan seperti itu, mentalitas bangsa Indonesia malah semakin turun ! Mental-mental tukang nyontek, bibit-bibit korupsi !” Fatma menekan kata “korupsi” itu dengan tertawa sinis.

“Iya ya, dari sekarang aja kita di bimbing oleh pemerintah untuk menjadi koruptor. Melalui Ujian Nasional itu.“ Anes ikut-ikutan sinis. “Kamu jadi sumber apa Fat, di tim SMU itu ?” Tanya Anes penuh sindiran.

“Biologi.”

“Oh….. “ Anes manggut-manggut sok serius. Ya, sahabatnya ini emang dari SMP sangat suka Biologi, sampai sekarang pun prestasinya tetap unggul di Biologi. Fatma memang tidak satu jurusan dengan Anes, Fatma di IPA dan Anes di IPS.

Pertemuan itu diakhiri pelukan dua sahabat. Anes dan Fatma.

* * *

Anes terus berpikir selama perjalanan pulang, jadi sebenernya yang salah siapa ? Apakah hukum Al-Qur’an yang tidak jelas ? Ah tidak mungkin, Al-Qur’an selalu benar. Apa ini salah pihak sekolah, tim SMU, atau pemerintah ? sudahlah, yang penting sekarang gimana menyiasati masalah ini.

Anes terus berpikir, sampai pikirannya itu terganggu karena melihat sosok yang terkuyung lemah di depannya. Anes mengenal laki-laki itu, dia adalah teman satu sekolahnya, tapi siapalah namanya, Anes tidak tahu.

Anes mendekati orang itu, ya Allah…… kondisinya sangat mengenaskan. Ada banyak luka memar di mukanya, seperti bekas dipukuli. Sikunya berdarah, tangannya terus memegang perut. Seperti ada sesuatu yang menghantam perutnya.

“Kamu kenapa ?” sapa Anes.

Dia hanya meringis-ringis kesakitan.

“Aku panggilin tukang becak ya, kita ke rumah sakit atau di Puskesmas aja?”

“Nggak usah, Nes !” Jawabnya lemah.

Anes tertegun, anak ini mengenalnya ? “Lukamu harus cepet diobati !” paksa Anes.

“Ke Puskesmas aja”. Akhirnya dia mengalah.

Anes memanggilkan tukang becak, “Mang, anterin dia ke Puskesmas, ya!”

“Iya, Neng.” Tukang becak membantu mengangkat tubuh lelaki itu. Anes memanggil becak lain untuk mengikuti temannya ke Puskesmas.

Sesampainya di Puskesmas, Anes pergi ke Receptionist untuk registrasi, disinilah kesempatannya untuk tahu nama cowok itu.

“Namamu?” Tanya Anes simpel.

“Andro”.

Oh….. namanya Andro. Bisiknya dalam hati. Kemudian Anes membereskan hal-hal lainnya yang diperlukan untuk registrasi.

* * *

“Makasih ya, Nes.” Ucap Andro usai pengobatan. Sekarang mereka sedang berjalan pulang.

“Ah, ngggak apa-apa kok,” Anes tersipu. “Ngomong-ngomong kenapa kamu bisa babak belur gitu sih ? Berantem ya ?”

“Iya. Dipukulin sama tim SMU.” Jawab Andro datar.

Ha ? Anes tertegun. Dipukulin tim SMU ? Anes menghentikan langkahnya. Mengatur kata-kata apa yang dapat ia ungkapkan untuk mewakili seribu Tanya dalam hatinya. “Kenapa ?” akhirnya kata itu yang keluar dari mulutnya.

“Sama kayak kamu, aku nggak setuju sama mereka.” Andro datar saja mengucapkanya. Namun nada datar Andro itu sudah cukup membuat jantung Anes berdetak kencang.

“Wah… Andro, aku tertarik ngobrol sama kamu, kita ke Masjid di depan aja yuk, sekalian nunggu shalat Ashar.” Ajak Anes.

* * *

Andro duduk terpaku memegangi jidatnya yang memar. Sekarang mereka berada di teras Masjid, Anes yang duduk beberapa meter disampingnya, tampak sibuk mencari mahram untuk menemaninya. Untunglah ada ibu-ibu yang cukup Anes kenal, dia adalah Bu Rahman, tetangga Anes. Bu Rahman hendak menjadi jamaah shalat Ashar di Masjid itu.

“Ayo ceritain, Andro !” Anes membuka pembicaraan.

“Oh, ya.” Andro gelagapan, ia sempat bingung memulai dari mana, akhirnya dia bisa mengendalikan diri juga. “Mungkin kamu nggak kenal siapa aku, Nes. Mungkin kamu juga baru tahu aku sekarang. Tapi aku udah kenal kamu dari kelas sepeluh. Ah….. sudahlah nggak penting.” Andro menyeringai tersipu.

Anes yang mulai tersipu juga, segera membenahi diri.

Andro melanjutkan ceritanya, “Aku sendiri juga nggak tahu kenapa, tiba-tiba ada sekelompok anak yang dikenal nakal di sekolah, masuk ke kelas ku. Dan aku dipilih menjadi sumber Fisika. Sejak saat itu juga aku menolak, tapi aku malah dikucilin. Diganggu secara fisik dan mental. Mungkin karena aku laki-laki, jadi mereka kasar sama aku. Tapi aku akan tetep pada pendirianku, sampai UN pun aku nggak sudi ngasih contekan sama mereka.”

“Kamu IPA berapa, Ndro ?” Tanya Anes tiba-tiba.

“IPA 2.”

“Oh…. sekelas sama Fatma, dong.”

“Iya, kasihan Fatma, dia cewek yang lembut, shalehah pula. Tapi dia dipaksa untuk ikut. Yang aku kecewain, kenapa dia mau aja ? Oh, itulah yang membuat aku salut sama kamu, kamu berani bersikap, Nes !” Tutur Andro yang membuat jantung Anes berdebar.

Anes tersipu lagi, dan dengan segera pula ia membenahi diri. “Oya, aku mau tahu alasan kamu, kenapa sih kamu bersikeras nggak mau jadi sumber?” Tanya Anes menguji.

“Ada dua alasan, yang pertama, jelas ngerugiin aku. Enak aja, aku yang mikir, susah-susah belajar, eh…mereka tinggal enaknya aja. Mending kalo dibayar, sama tuh kaya para koruptor, orang lain yang kerja, mereka yang kaya.” Dasar otak-otak koruptor!” Maki Andro.

Anes tertawa kecil, “Yah…namanya juga koruptor, ya udah, terus yang kedua apa tuh?”

“Nah, yang kedua ini nih, yang suka diketawain tim SMU kalau aku ngomong di depan mereka.”

“Emangnya apa alasan kamu ?”

“Aku rasa, bakal nyambung deh kalau ngomong sama kamu. Gini-gini aku juga salah satu fans beratnya Rasulullah, Nes!”

Anes tertawa melihat tingkah Andro, ternyata aslinya Andro kayak gini? Anes menggeleng-gelengkan kepala.

“Heu, jangan salah, Nes! Aku tuh inget banget ya, waktu Rasulullah nasehatin orang yang hobi zina, judi dan ngrampok. Beliau tidak minta macem-macem sama orang itu, cuma minta satu hal, jujur. Akhirnya dengan satu kata “Jujur”, orang itu kewalahan deh ngelakuin aksinya berzina, judi dan ngrampok. Soalnya dia harus jujur sama Rasulullah, kalau nggak jujur nanti masuk neraka, karena nggak menuruti perintah Rasul. Tapi kalau dia jujur, dia malu sama Rasulullah. Selain itu juga khawatir dikenai hukum kisas. Akhirnya apa yang terjadi? Orang itu nggak nglakuin zina, judi, ataupun ngrampok, karena dia takut sama Rasulullah, takut sama Allah, Nes…!” Cerita Andro berapi-rapi.

“Ya…trus apa hubungannya sama tim SMU?” Celetuk Anes.

Andro gelagapan, muka “No problem’nya terlihat lucu, “Gini Nes, coba deh kamu liat di kamus Bahasa Inggris, nyontek tuh apa sih Bahasa Inggrisnya?”

Anes mengerutkan kening, kadang pola pikir orang ini tak terduga.

“Yup, selama ini kita mengenal istilah ‘Cheat’ untuk diartikan ‘Nyontek’, tapi secara Bahasa, Cheat artinya mencuri, itu artinya, orang Inggris menganggap nyontek itu sama aja dengan mencuri. Secara etika aja, itu kan tindakan kriminal, apalagi Agama, Nes! Itukan dosa, wajib hukum kisas!” Andro menjelaskan penuh semangat, sampai terjadi hujan lokal dari mulutnya.

Subhanallah…jantung Anes berdesir. Pertanyaan Anes selama ini mengenai hukum Al-Qur’an tentang nyontek terjawab sudah melalui Andro, laki-laki yang aneh! Pikir Anes.

Anes belum mau menyerah, meskipun dia sudah mengetahui kemampuan Andro, tapi dia tetap ingin menguji Andro, sepertinya ada satu pertanyaan lagi yang akan keluar dari mulut Anes.

“Ndro, sesuatu dikatakan ‘mencuri’ itu kan kalau salah satu pihak merasa dirugikan, nah.. kalo kayak model si Fatma nih, dia kan kooperatif tuh sama tim SMU, mereka senang, Fatma juga Ridho, itu kan udah ada ijab qobulnya Ndro, trus gimana tuh hukumnya? Nggak bisa dong dikatain nyuri, kan kedua belah pihak udah melakukan transaksi.” uji Anes lagi.

“Ce’ela… anak Ekonomi, ngomongnya yang transaksi, ijab qobul lah, emangnya orang nikah, pake ijab qobul segala?” Canda Andro.

“Ya trus gimana itu klarifikasinya?”

“Tetep aja mereka bohong, bohong pada pengawas, bohong pada guru, dan yang paling parah bohong pada diri sendiri. Sendirinya ngerasa nggak bisa ngisi, tiba-tiba dapat nilai gede. Terus juga mereka tetep aja nyuri, nyuri kesempatan dari pengawas. Lagian, tolong-menolong kok dalam kemaksiatan?!” Jawab Andro.

Wah…kini hati Anes bener-bener puas, memang itu jawaban yang diharapkannya. Meski mungkin akan menimbulkan banyak tanya bagi orang lain yang tidak se-visi denganya.

Andro tersenyum simpul melihat Anes yang puas dengan jawabannya. Anes tersipu melihat senyum Andro yang tulus, tanpa sinis, tanpa ancaman. Oh…Anes diam-diam mengagumi lelaki itu.

Hening sejenak.

“Ndro, aku punya ide.” Anes buka mulut.

“Apa?” Andro mendekatkan telinganya ke arah Anes. Mereka berbisik, merencanakan sesuatu, sampai tak terasa Adzan Ashar berkumandang.

* * *

Detik-detik yang mendebarkan, hari yang dinanti telah tiba. Ujian Nasional sedang dijalani. Hari pertama diawali dengan Matematika dan Sosiologi. Anes tidak melirik sedikit pun kertas-kertas yang melintas disampingnya. Entah kenapa, hari ini dia begitu percaya diri. Anes begitu yakin dengan jalan yang ia tempuh.

“Ya Allah, Ridhoilah amalku.” Harap Anes ketika akan mengumpulkan lembar jawaban. Hari ini dijalaninya begitu mulus, entahlah kalau hari esok. Karena jadwal besok adalah Bahasa Inggris dan oh…Ekonomi. Anes melunglai.

* * *

Hari kedua UN

Pengawas begitu siaga menatap lekat-lakat para siswa yang sedang mengerjakan soal-soal UN. Siswa begitu rapih, berkonsentrasi dengan kepala menunduk pada soal.

Karena pikirnya siswa tidak bermasalah, maka dia mengalihkan perhatian pada sebuah koran yang berada di meja pengawas.

Seketika pengawas itu mengalihkan perhatian, sebuah kertas mendarat tepat di pangkuan Anes. Anes langsung gemetar. Harus dia apakan kertas ini? Anes lirik pengawas yang sedang duduk di kursinya, ah…dia malah asik dengan korannya. Ya Allah…kenapa harus seperti ini?

Dengan penuh rasa takut, Anes memberanikan diri membuka kertas itu. Perlahan, dengan hati berdebar. Anes menutup mata. Setelah kertas itu. Perlahan, dengan hati berdebar. Anes menutup mata, Anes membuka matanya kembali. Ha…?! Ternyata cuma kertas kosong. Uhf…Anes mendesah.

Namun tak lama kemudian, seseorang yang duduk di belakang tempat duduk Anes, menyodorkan sebuah kertas. Arya? Anes tak dapat menolak, ia terima kertas itu. Dengan rasa takut, ia pun membuka kertas pemberian Arya, dengan sesekali melirik pengawas yang tetap enjoy dengan surat kabarnya.

Lo isi jawaban di kertas kosong itu, atau lo tau sendiri akibatnya!

Begitu tulisan yang Anes baca dari kertas pemberian Arya.

Anes memejamkan mata, ah…sudah ia duga akan seperti ini. Anes menghela napas panjang, mencoba meyakinkan hatinya. Akhirnya, dengan terpaksa Anes mengisi kertas kosong itu. Hati Anes berdesir, ada rasa bersalah yang sangat besar.

Anes memberikan kertas itu kepada Arya. Setelah kertas itu samapai di tangan Arya, sesegera mungkin Anes pergi dari tempat duduknya, mengumpulkan lembar jawaban.

Dengan senyum simpulnya, Arya menatap Anes penuh kemenangan. Sedikit demi sedikit Arya membuka kertas itu, sampai terlihat jelas tulisan rapi Anes.

Kalian pengen dimengerti, tapi kalian sendiri nggak mau tahu kondisi orang lain. Kalo aku ngelakuin kesalahan, kalian selalu mencela, “orang ngerti agama kok nggak nepatin janji, nggak bisa nahan amarah.” Pernah nggak sih kalian mikir, orang ngerti agama kayak aku kok contek-contekan!

Maafin aku, temen-temen. Aku Cuma pengen kita masuk surga bareng-bareng…

Seketika muka Arya merah membaca tulisan itu. Ia marah kepada Anes, tapi juga malu, karena sejujurnya ia membenarkan perkataan Anes. Arya merasa begitu hina di hadapan Anes. Selama ini ia selalu mencari-cari kesalahan orang lain, padahal kesalahan dirinya lebih besar di hadapan Tuhannya. Ia selalu memaksa kehendak kepada orang lain, tak mau tahu bagaimana kondisi orang itu. Ya Allah…dia menyadari, begitu banyak kesalahan yang ia lakukan. Di bangku ujian ini, dia menemukan cahaya hidayah yang selama ini tak disadarinya. Subhanallah…

* * *

Tiba di hari kelulusan. Wajah-wajah bahagia tergugat di muka para pelajar. Seluruh siswa di sekolah Anes dinyatakan LULUS 100%. Alhamdulillah…

Anes sedang membawa map biru muda menuju ruang kepala sekolah. Tiba-tiba seseorang memanggilnya.

“Anes!”

Anes menoleh, “Arya?”

Arya mendekat dengan tersenyum, kali ini senyum yang sangat tulus, “Makasih Ya, Nes.”

Anes kebingungan, “Mm…m…makasih?”

“Iya, karena kejadian waktu UN itu, aku jadi dapet pelajaran yang berharga.”

Ya Allah…Anes terkejut, Arya bisa ngomong kayak gitu? Entahlah, Anes tak tahu harus berkata apa, bahkan dengan perasaannya sendiri pun Anes tak tahu, yang pasti dia sangat terkejut melihat perubahan Arya. Terma kasih, Ya Allah…

Arya meninggalkan Anes, terlebih dahulu ia akhiri pertemuan itu dengan senyum termanisnya. Senyum yang tulus dan ikhlas.

“Assalamu’alaikum,” Tuturnya grogi

“Wa…Wa’alaikum Salam.” Jawab Anes tertegun.

Ya Allah…inikah rencana-Mu? Hadiah termanis untuk para pelajar yang selalu berusaha keras dan selalu menjaga aqidah-Mu, seperti Anes. Ya Allah…sungguh, Kau-lah yang menjadikan yang tiada menjadi ada.” Dan yang ada menjadi tiada. Subhanallah…

Anes masih tertegun menjawab salam Arya dengan bibir bergetar. Sampai tiba-tiba sesuatu mengagetkannya

Duer…

“Astaghfirullahal’adzim…” Anes menoleh ke samping kirinya, sumber suara itu. “Andro!” Bentak Anes kaget. Anes manyun melihat tingkah temannya yang aneh itu.

“He…he… Sori, Nes!” Andro nyengir. “Wah…aku jadi makin salut sama kamu, Nes. Kamu tuh sosok yang terlihat rapuh, tapi tegas dan punya sikap.” Puji Andro.

Deu…hati Anes berbunga-bunga, senyumnya melebar. Cowok satu ini emang selalu bisa membuatnya tersipu. Kalau saja Andro perhatikan, pipi Anes memerah seperti udang rebus.

THE END

Jumat, 27 Agustus 2010


Ukhti, kamu cantik sekali…

Tapi hanya di mata manusia. Sedangkan yang Maha Kuasa tak pernah memandang rupa atau pun bentuk tubuh kita. Namun Ia melihat pada hati dan amal-amal yang dilakukan hamba-Nya.

Ukhti, kamu cantik sekali…

Tapi cantik fisik tak akan pernah abadi. Saat ini para pesolek bisa berbangga dengan kemolekan wajah ataupun bentuk tubuhnya. Namun beberapa saat nanti, saat wajah telah keriput, rambut pun kusut dan berubah warna putih semua, tubuh tak lagi tegak, membungkuk termakan usia, tak akan ada lagi yang bisa dibanggakan. Lebih-lebih jika telah memasuki liang lahat, tentu tak akan ada manusia yang mau mendekat.

Ukhti, kamu cantik sekali…

Tapi kecantikan hanyalah pemberian dan untuk apa dibangga-banggakan? Sepantasnya kecantikan disyukuri dengan cara yang benar. Mensyukuri kecantikan bukanlah dengan cara memamerkan, memajang gambar atau mengikuti bermacam ajang lomba guna membandingkan rupa, sedangkan hakekatnya wajah itu bukan miliknya.
Tidakkah engkau jengah bila banyak mata lelaki ajnabi yang memandangi berhari-hari? Tidakkah engkau malu ketika wajahmu dinikmati tanpa permisi karena engkau sendiri yang memajang tanpa sungkan. Ataukah rasa malu itu telah punah, musnah? Betapa sayangnya jika demikian sedangkan ia sebagian dari keimanan.

Ukhti, kamu cantik sekali…

Tapi apa manfaat pujian dan kekaguman seseorang? Adakah ia akan menambah pahala dari-Nya? Adakah derajatmu akan meninggi di sisi Ilahi setelah dipuji? Tak ada yang menjamin wahai ukhti. Mungkin malah sebaliknya, wajah cantik itu menjadikanmu tak punya harga di hadapan-Nya, karena kamu tak mampu memelihara sesuai dengan ketentuan-Nya.

Ukhti, kamu cantik sekali…

Kecantikan itu harta berharga, bukan barang murah yang bisa dinikmati dengan mudah. Dimana nilainya jika setiap mata begitu leluasa memandang cantiknya rupa. Dimana harganya jika kecantikan telah diumbar, dipajang dengan ringan tanpa sungkan. Dimana kehormatan sebagai hamba tuhan jika setiap orang, baik ia seorang kafir, musyrik atau munafik begitu mudah menikmati wajah para muslimah?

Ukhti, kamu cantik sekali…

Alangkah indah jika kecantikan fisik itu dipadu dengan kecantikan hatimu. Apalah arti cantik rupawan bila tak memiliki keimanan. Apalah guna tubuh molek memikat bila tak ada rasa malu yang lekat. Cantikkan dirimu dengan cahaya-Nya. Cahaya yang bersinar dari hati benderang penuh keimanan. Hati yang taat senantiasa patuh pada syariat. Hati yang taqwa, yang selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Hati yang sederhana, yang tak berlebihan dalam segala urusan dunia.

Ukhti, kamu cantik sekali…

Maka tampillah cantik di hadapan penciptamu karena itu lebih berarti dari pada menampilkan kecantikan pada manusia yang bukan muhrimmu
Tampillah cantik di hadapan suamimu, karena itu adalah bagian dari jihadmu. Mengabdi pada manusia yang kamu kasihi demi keridhoan Ilahi.
Tampillah cantik, cantik iman, cantik batin, cantik hati, karena itu lebih abadi.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad-jasad kalian dan tidak juga kepada rupa-rupa kalian akan tetapi Allah melihat kepada hati-hati kalian (dan amalan-amalan kalian)” (HR. Muslim)

Make up Muslimah


1. Jadikan Ghodhdhul Bashor ( menundukkan pandangan ) sebagai hiasan keda matamu, niscaya ukhti akan semakin manis, dech...
2. Oleskan Lipstik Kejujuran pada bibirmu, ukhti akan semakin cantik dan menawan.
3. Gunakan pemerah pipi dengan Kosmetik Haya’ (malu )yang dijual di salon iman, pasti ukhti terlihat lebih cantik...hmm..=)
4. Pakailah Sabun Istighfar untuk menghilangkan dosa dan kesalahanmu ukhti..
5. Rawatlah rambutmu dengan Shampoo Jilbab Islami, insya Allah ukhti akan terhindar dari ketombe pandangan laki – laki yang membahayakan.
6. Hiasi tanganmu dengan Gelang Tawadhu ( rendah hati ) dan jarimu dengan Cincin Ukhuwah ( persaudaraan dan persahabatan ).
7. Pakailah Giwang Mustami’ (pendengaran )yang taat kepada ﷲ Rasul-Nya serta pemimpin yang beriman pada kedua telingamu, niscaya ukhti akan tambah anggun mempesona. wah...
8. Sebaik-baiknya kalung yang harus ukhti pakai adalah Kalung Kesucian.
9. Pakailah Pakaian Kebesaran Taqwa dengan menutup auratmu, maka ukhti akan semakin anggun dan berwibawa.
10. Gunakan Kaos Kaki Dakwah dan Sepatu Jihad, naiscaya ukhti termasuk orang yang beruntung dan menggetarkan musuh-musuh ﷲ ..
Hmm...itu deh tipsnya...jangan lupa ya ukhti... =))
http://almardhotillah.blogspot.com/2010/04/make-up-muslimah.html

Pernahkah terlintas dalam hatimu ya ukhti, saudariku muslimah untuk menjadi bidadari di dunia dan diakhirat nanti?. Pernahkah kau membayangkan betapa cantik dan anggunnya ia, menjadi incaran dan simpanan hamba-hamba Allah yang shalih dan bertakwa. Pernahkah engkau mengangankannya? Pernahkah engkau mengimpikannya? Tidakkah hatimu tergerak untuk segera meraihnya? Sesungguhnya bidadari dunia adalah ia para wanita yang shalihah, memurnikan ibadah hanya untuk-Nya semata, hatinya selalu takut dan terikat dengan rabb-Nya, mentaati-Nya dalam keadaan sendirian ataupun dihadapan banyak manusia. Sosok yang merindukan keridhaan Allah dan rasul-Nya


Selalu terbayang dalam pelupuk matanya surga yang dijanjikan Allah menantinya dari pintu manapun ia suka, ia bisa memasukinya. Hatinya selalu menimbang dengan timbangan akhirat sehingga segala urusan dunia yang bertentangan dengan syariat Allah dan Rasul-Nya akan mudah ia singkirkan dan tinggalkan.

Duhai betapa elok dan indah akhlaknya, bila ia belum bersuami maka berbakti kepada kedua orangtuanyalah ladang amalnya memanfaatkan kesempatan yang berharga ini dengan berusaha mendapatkan keridhaan dari keduanya.Bila ia telah bersuami maka bersemangatlah hatinya untuk berbakti kepada suaminya, menemani sang suami dalam keadaan suka dan duka,mendidik anak-anaknya agar mereka berjalan diatas sunnah dan manhaj yang benar yaitu manhaj salafuna shalih. Berani meluruskan suami apabila ia bersalah dengan bahasa yang lembut dan bersabar atas kekurangannya. Membantu suami dalam mentaati Rabb-Nya, sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan amalan hamba-hamba-Nya.Jika engkau bersabar dan istiqamah maka insya Allah engkau akan menjadi penghuni surga yang cantik jelita itu.

Janganlah engkau resah dan gundah, merasa kecewa hatimu karena melihat sulitnya jalan untuk meraih kesana. Jalan itu akan mudah engkau tuju apabila engkau memohon pertolongan-Nya dalam setiap desah nafasmu. Sehingga segala tindak tandukmu selalu dalam bimbingan-Nya.Dan, renungkanlah apabila engkau berhasil mencapai predikat wanita shalihah (bidadari dunia) semua adalah karena dari Rabbmu semata, bersyukurlah atas nikmat ini dan janganlah sekali-kali engkau takabur. Ingatlah selalu firman-Nya :

”Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah” (huud:88).

Semoga Allah memberkahimu dan memberkahi kita semua wanita-wanita muslimah diatas muka bumi ini yang bercita-cita ingin menjadi bidadari-bidadari diatas dunia ini dan tentu saja diakhirat nanti, Insya Allah.

Siapa yang ukhti pilih???

Menikah, satu kata ini akan menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi pemuda ataupun pemudi yang sudah mencapai usia remaja. Remaja yang sudah mulai memiliki rasa tertarik dengan lawan jenisnya, akan memperhatikan pasangan yang diimpikan menjadi pasangan hidupnya. Sejenak waktu, hatinya akan merenda mimpi, membayangkan masa depan yang indah bersamanya.


Saudariku muslimah yang dirahmati Allah, tentu kita semua menginginkan pasangan hidup yang dapat menjadi teman dalam suka dan duka, bersama dengannya membangun rumah tangga yang bahagia, sampai menapaki usia senja, bahkan menjadi pasangan di akhirat kelak. Tentu kita tidak ingin bahtera tumah tangga yang sudah terlanjur kita arungi bersama laki-laki yang menjadi pilihan kita kandas di tengah perjalanan, karena tentu ini akan sangat menyakitkan, menimbulkan luka mendalam yang mungkin sangat sulit disembuhkan, baik luka bagi kita maupun bagi buah hati yang mungkin sudah ada. Lagipula, kita mengetahui bahwa Allah Ta’ala, Robb sekaligus Illah kita satu-satunya sangat membenci perceraian, meskipun hal itu diperbolehkan jika memang keduanya merasa berat. “Mencegah lebih baik daripada mengobati.” Itulah slogan yang biasa dipakai untuk masalah kesehatan. Dan untuk masalah kita ini, yang tentunya jauh lebih urgen dari masalah kesehatan tentu lebih layak bagi kita untuk memakai slogan ini, agar kita tidak menyesal di tengah jalan.

Saudariku muslimah, sekarang banyak kita jumpai fenomena yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan hati. Banyak dari saudari-saudari kita yang terpesona dengan kehidupan dunia, sehingga timbul predikat ‘cewek matre’, yaitu bagi mereka yang menyukai laki-laki karena uangnya. Ada juga diantara saudari kita yang memilih laki-laki hanya karena fisiknya saja. Ada juga diantara mereka yang menyukai laki-laki hanya karena kepintarannya saja, padahal belum tentu kepintarannya itu akan menyelamatkannya, mungkin justru wanita itu yang akan dibodohi.

Sebenarnya tidak mengapa kita menetapkan kriteria - kriteria tersebut untuk calon pasangan kita, namun janganlah hal tersebut dijadikan tujuan utama, karena kriteria-kriteria itu hanya terbatas pada hal yang bersifat duniawi, sesuatu yang tidak kekal dan suatu saat akan menghilang. Lalu bagaimana solusinya ? Saudariku, sebagai seorang muslim, standar yang harus kita jadikan patokan adalah sesuatu yang sesuai dengan ketentuan syariat. Karena hanya dengan itu kebahagian hakiki akan tercapai, bukan hanya kebahagian dunia saja yang akan kita dapatkan, tapi kebahagiaan akhirat yang kekal pun akan kita nikmati jika kita mempunyai pasangan yang bisa diajak bekerjasama dalam ketaatan kepada Allah.
Diantara kriteria-kriteria yang hendaknya kita utamakan antara lain:

1. Memilih calon suami yang mempunyai agama dan akhlak yang baik, dengan hal tersebut ia diharapkan dapat melaksanakan kewajiban secara sempurna dalam membimbing keluarga, menunaikan hak istri, mendidik anak, serta memiliki tanggung jawab dalam menjaga kehormatan keluarga.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Jika datang melamar kepadamu orang yang engkau ridho agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dengannya, jika kamu tidak menerimanya, niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang luas.” (HR. Tirmidzi, hasan)

Seorang laki-laki bertanya kepada Hasan bin ‘Ali, “Saya punya seorang putri, siapakah kiranya yang patut jadi suaminya ?” Hasan bin ‘Ali menjawab, “Seorang laki-laki yang bertaqwa kepada Allah, sebab jika ia senang ia akan menghormatinya, dan jika ia sedang marah, ia tidak suka zalim kepadanya.”

2. Memilih calon suami yang bukan dari golongan orang fasiq, yaitu orang yang rusak agama dan akhlaknya, suka berbuat dosa, dan lain-lain.

“Siapa saja menikahkan wanita yang di bawah kekuasaanya dengan laki-laki fasiq, berarti memutuskan tali keluarga.” (HR. Ibnu Hibban, dalam Adh-Dhu’afa’ & Ibnu Adi)
Ibnu Taimiyah berkata, “Laki-laki itu selalu berbuat dosa, tidak patut dijadikan suami. Sebagaimana dikatakan oleh salah seorang salaf.” (Majmu’ Fatawa 8/242)

3. Laki-laki yang bergaul dengan orang-orang sholeh.

4. Laki-laki yang rajin bekerja dan berusaha, optimis, serta tidak suka mengobral janji dan berandai-andai.

5. Laki-laki yang menghormati orang tua kita.

6. Laki-laki yang sehat jasmani dan rohani.

7. Mau berusaha untuk menjadi suami yang ideal, diantaranya: Melapangkan nafkah istri dengan tidak bakhil dan tidak berlebih-lebihan; memperlakukan istri dengan baik, mesra, dan lemah lembut; bersendau gurau dengan istri tanpa berlebih-lebihan; memaafkan kekurangan istri dan berterima kasih atas kelebihannya; meringankan pekerjaan istri dalam tugas-tugas rumah tangga; tidak menyiarkan rahasia suami istri; memberi peringatan dan bimbingan yang baik jika istri lalai dari kewajibannya; memerintahkan istri memakai busana muslimah ketika keluar; menemani istri bepergian; tidak membawa istri ke tempat-tempat maksiat; menjaga istri dari segala hal yang dapat menimbulkan fitnah kepadanya; memuliakan dan menghubungkan silaturahim kepada orang tua dan keluarga istri; memanggil istri dengan panggilan kesukaannya; dan yang terpenting bekerjasama dengan istri dalam taat kepada Allah Ta’ala.
Satu hal yang perlu kita ingat saudariku, bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Jangan pernah membayangkan bahwa laki-laki yang sholeh itu tidak punya cacat & kekurangan. Tapi, satu hal yang tidak boleh kita tinggalkan adalah ikhtiar dengan mencari yang terbaik untuk kita, serta bertawakal kepada Allah dengan diiringi do’a.


dikutip dari http://www.muslimah.or.id/

Muslimah Harapan
Persismu permata berlian menjadi rebutan pejuang
keutuhan yang tersimpan di balik tabir yang tenang
Keayuan yang terpancar disinar cahaya iman
itulah muslimah harapan muslimah harapan... harapan
Gerak langkahnya yang sopan disulam zikir di ingatan
keyakinan yang mendalam menjadi tangan perjuangan
Jasad hayatnya diserahkan untuk sebuah perjuangan
itulah muslimah haraapan
Muslimah puteri harapan
dikaulah harapan membela Islam yang mulia
muslimah puteri harapan dikaulah cahaya
menjadi lambang Islam yang gemilang...
Puteri harapan serikandi Islam
tetaplah kau dalam perjuangan
menjadi sayap kiri di medan
meneguhkan benteng pertahanan Islam
Gamitan leka duniawi tersungkur jauh di hatimu
kau sematkan kecintaan yang mendalam
terhadap Tuhanmu...jaga untuk suami tersayang
kau didik generasi mendatang
untuk agama tercinta.....

Sabtu, 21 Agustus 2010

cinta


Cinta adalah kekuatan yang mampu mengubah duri menjadi mawar, mengubah cuka menjadi anggur, mengubah sedih menjadi riang, mengubah amarah menjadi ramah, mengubah musibah menjadi muhibah.
Sekalipun cinta telah ku uraikan dan kujelaskan panjang lebar, namun jika cinta kudatangi aku jadi malu pada keterangan ku sendiri, meskipun lidahku telah mampu menguraikan, namun tanpa lidah, cinta ternyata lebih terang, sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya, kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai kepada cinta, dalam menguraikan cinta akal terbaring tak berdaya, bagaikan keledai berbaring dalam lumpur, cinta sendirilah yang menerangkan cinta dan percintaan.


* From Ketika Cinta Bertasbih,

cunta

cinta

Ketika kamu jatuh cinta
Coba tanyakan hati
Dimana ia sedang berpijak..

Ketika kamu jatuh cinta
Coba tanyakan jiwa
Impian mana yang sedang mengalun..

Coba pejaman mata sejenak
Lupakan keindahan yang tampak kasat mata
Selami dengan lebih dalam
Sisi mana yang sedamg hilang..

Ketika kamu jatuh cinta
Sebentar saja hentikan senandung
Berdiri tegak..

Lafadzkan erat-erat
“ya Allah..ya Rahman”

Ketika kamu jatuh cinta
Sebentar saja kamu hentikan goresan kalbu
Sujud sesyahdu yang kamu mampu..

Desahkan perlahan..
“Subhanallah..Robbiyal a’la Wa Bi hamdih”

Kemudian kembalilah jatuh cinta.

doa pedoman

Ya Allah…kurniakanlah kami pasangan yang soleh…
yang menjaga dirinya…
yang menjaga hatinya hanya untuk yang halal baginya…
yang sentiasa memperbaiki dirinya…
yang sentiasa berusaha mengikuti sunnah Rasulullah…
yang baik akhlaknya…
yang menerima kami apa adanya…
yang akan membawa kami menuju Jannah Mu Ya Rabb…

kabulkan ya Allah…
kerana hati kami teramat lemah…


oh Allah,
kami mohon ampun
atas dosa selama ini

dosa-dosa kami..
andai tak menjalankan perintahMu
andai tak pedulikan NamaMu
andai tenggelam melupakan diriMu

oh Allah,
sempatkanlah kami untuk bertaubat
untuk hidup di jalanMu
untuk penuhi keewajipanku
sebelum tutup usia ini..
sebelum kami kembali kepadaMu..

ameen ya rabb :)

doa untuk sang pendampingku

Tuhanku…
Aku berdo’a untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku
Seseorang yang sungguh mencintaiMu lebih dari segala sesuatu
Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMu
Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting
Yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau
dan berusaha menjadikan sifat-sifatMu ada pada dirinya
Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia
Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah
Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tapi karena hatiku
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika aku di sisinya
Tuhanku…
Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun aku meminta seseorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna
Tuhanku…
Aku juga meminta,
Buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya bangga
Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku
Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMu
Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya
Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya
Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,
mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi
Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakan:
“Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku pasangan yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna.”
Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat
Dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan
Amin….